Makalah Tunanetra

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Usaha pembangunan dalam bidang pendidikan ditandai dengan usaha peningkatan kualitas lulusan pada berbagai jenjang pendidikan. Hal ini membawa implikasi bahwa setiap lembaga pendidikan hendaknya berusaha agar tujuan institusional dan tujuan kurikuler yang telah dirumuskannyadapat dicapai secara lebih baik.
Di Indonesia menuntut agar para siswa dalam setiap pertemuan pembelajaran dapat menguasai unit bahan tertentu secara tuntas. Penguasaan terhadap bahan yang dipelajarinya akan mampunyai pengaruh yang besar terhadap usaha dan keberhasilan siswa dalammenguasai bahan berikutnya.
Kenytaan menunjukan kepada kita bahwa tidak semua siswa, pada setip saat berhasil dalam kegiatan belajar yang dilakukanya. Ketidak berhasilan yang dialami siswa dapat bersumber pada keadaan diri siswa sendiri,atou dapat pula bersumber pada faktor yang ada diluar dirinya. Yang pasti membutuhkan bimbingan orang lain dalam usaha mengatasi kesulitan yang dihadapinya. Layanan bimbingan ini lebih-lebih lagi dirasakan kebutuhanya bagi siswa-siswa anak berkebutuhan khusus, kelainannya yang bermacam-macam dapat merupakan salah satu faktor timbulnya kesulitan belajar di sekolah yang diantaranya:Ngompol(enuresis) dan BAB(encopresis)

B. RUMUSAN PERMASALAHAN
Bertitik tolak dari latar belakang diatas dan sesuai dengan judul makalah, maka kami membatasi permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini, permasalahan tersebut yaitu :
1. Bagaimanakah gangguan fungsi panca indera pada anak itu?
2. Apa saja yang merupakan gangguan fungsi panca indera?
3. Apa saja faktor penyebab gangguan fungsi panca indera?
4. Gejala apa saja yang tampak pada penderita yang mengalami gangguan fungsi panca indera?
5. Upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk mengobati penderita yang mengalami gangguan fungsi panca indera?

C. TUJUAN
Tujuan dibuatnya makalah ini diantaranya:
1. Memperoleh pemahaman tentang makna dan prinsip bimbingan
2. Memperoleh pemahaman tentang kedudukan dan kebutuhan akan layanan bimbingan di Sekolah Dasar.
3. Menguraikan karakteristik dari masing-masing anak yang mengalami gangguan fungsi pancaindra.
4. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab anak yang mengalami gangguan fungsi pancaindra.
5. Mengemukakan alternatif bantuan serta teknik-teknik bimbingan khusus yang dikaitkan bagi anak yang mengalami gangguan fungsi pancaindra.

D. MANFAAT
Adapun manfaat dari makalah ini yaitu :
1. Dapat memberikan pengetahuan tentang anak berkebuthan khusus yang mengalami gangguan fungsi panca indera.
2. Memberikan petunjuk kepada para pendidik mengenai bimbingan anak berkebutuhan khusus yang mengalami gangguan fungsi panca indera.
3. Sebagai sumber bacaan mengenai bimbingan anak berkebutuhan khusus yang mengalami gangguan fungsi panca indra.

E. METODE
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu teknik tinjauan kepustakaan. Penulis mengumpulkan data dengan cara membaca buku sumber dan literatur yang tepat dan sesuai untuk mempermudah dan memperlancar proses penyusunan makalah ini.


F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Sistematika pembahasan yang penulis gunakan dalam penyusunan makalah ini, yaitu :
Kata Pengantar
Daftar isi
BAB I Pendahuluan
Terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat, metode dan sistematika pembahasan.
BAB II Bimbingan anak berkebutuhan khusus pada anak yang mengalami gangguan fungsi panca indera.
Terdiri dari gangguan tuna netra, tuna rungu dan tuna wicara.
BAB III Penutup
Terdiri dari kesimpulan dan saran.


BAB II
BIMBINGAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS YANG MENGALAMI GANGGUAN FUNGSI PANCA INDERA

A. TUNA NETRA

1. GLAUKOMA
a. Pengertian
Glaukoma adalah penyakit mata kronis progresif yang mengenai saraf mata dengan neuropati (kelainan saraf) optik disertai kelainan bintik buta (lapang pandang) yang khas. Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata meningkat, sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan penurunan fungsi penglihatan. Faktor utamanya adalah tekanan bola mata yang tinggi. Glaukoma adalah penyakit yang merusak saraf mata yang terjadi akibat tekanan bola mata atau tekanan intra okulat yang tinggi. Glaukoma merupakan sebuah penyakit mata yang bisa berakhir dengan kebutaan. Walau belum sepopuler katarak, glaukoma tidak kalah berbahaya. Di Indonesia kini glaukoma sudah menjadi ancaman kebutaan nomor dua setelah katarak dengan angka prevalensi 0,20 persen. Sementara katarak memiliki angka prevalensi 0,78 persen dari penduduk Indonesia. Berbeda dengan katarak yang merupakan kondisi di mana lensa mata keruh atau berkabut sehingga terjadi gangguan penglihatan, glaukoma jauh lebih serius lagi.
Glaukoma adalah penyakit yang merusak saraf mata yang terjadi akibat tekanan bola mata atau tekanan intra okulat yang tinggi. Pada mata normal, saraf berfungsi meneruskan bayangan yang kita lihat ke otak. Di otak, bayangan tersebut akan bergabung di pusat penglihatan dan membentuk suatu sensasi penglihatan. Bila tekanan bola mata seseorang sudah di atas 21 mmHg, maka orang tersebut pantas dicurigai menderita glaukoma. Tekanan pada bola mata ini dipicu oleh tersumbatnya akous humor, yakni cairan jernih yang terdapat di dalam bola mata bagian depan. Cairan ini dengan teratur mengalir dari tempat pembentukannya ke saluran keluarnya, seperti air keran. Apabila dapat diatasi dengan baik sebelum terjadi kerusakan retina dan saraf mata, biasanya ada harapan untuk pulih kembali. Namun yang terjadi, seringkali orang tidak menyadari kalau salah satu dari matanya kena glaukoma. Dari berbagai kasus yang ada, banyak pasien yang datang ke ahli medis setelah kedua bola matanya terkena glaukoma.
Terdapat dua jenis gloukoma, yaitu glaukoma akut dan glaukoma kronis. Glaukoma akut menyerang kedua mata sekaligus. Penderita akan mengalami gejala mata merah, pandangan kabur, nyeri pada mata disertai sakit kepala, juga rasa mual dan muntah-muntah. Secara fisik kemampuan penglihatan mata akan menurun. Beberapa kasus akan mengalami kondisi yang mirip dengan katarak. Setelah diketahui bahwa pasien menderita glaukoma akut maka dokter bisa memeriksanya dengan gonioskopi, yakni semacam alat untuk mengetahui apakah sudut mata yang tertutup masih bisa terbuka atau tidak. Sedangkan pada glaukoma kronis peningkatan tekanan di dalam mata terjadi dalam masa beberapa bulan atau tahun tanpa terjadi gejala apa-apa. Namun kalau tidak diobati, glaukoma kronis akhirnya mengakibatkan kebutaan total. Pada penderita glaukoma kronis tindakan serupa bisa juga dilakukan, tapi dengan waktu yang tidak terlalu mendesak sebab ancaman kebutaan tidak sebesar pada penderita glaukoma akut.
b. Penyebab
Faktor utama penyebab penyakit gloukoma adalah akibat tekanan bola mata atau tekanan intra okulat yang tinggi. Selain itu, gejala lain yang dapat menyebabkan gloukoma adalah akibat tekanan cairan yang terlalu tinggi didalam bola mata. Tekanan cairan yang tinggi ini akan merusak sel retina dan serabut saraf, sehingga penglihatan seseorang yang mengidap gloukoma akan semakin sempit dan akhirnya akan menjadi buta. Glaukoma terjadi ketika produksi dari cairan bola mata meningkat atau cairan bola mata tidak mengalir dengan sempurna sehingga tekanan bola mata tinggi, serabut-serabut saraf di dalam saraf mata menjadi terjepit dan mengalami kematian. Akibatnya, hubungan penglihatan ke otak terganggu dan terjadi kebutaan.Tekanan cairan didalam bola mata meningkat karena saluran cairan tersekat akibat kerusakan saraf. Pada mata yang sehat/normal aliran keluar masuk cairan dalam bola mata akan seimbang. Tekanan bola mata ini gunanya untuk membentuk bola mata. Kalau tekanannya normal, berarti bola mata itu terbentuk dengan baik. Kalau tekanannya terlalu rendah, bola matanya menjadi kempes. Kalau tekanannya terlalu tinggi, berarti bola mata itu menjadi keras seperti kelereng. Akibatnya, akan menekan saraf mata ke belakang dan menekan saraf papil N II dan serabut-serabut saraf N II. Saraf-saraf yang tertekan itu dan yang menekan saraf papil II ini terjadi penggaungan.
c. Gejala
Gejala yang tampak pada gloukoma diantaranya adalah pandangan kabur, mata merah dan terasa nyeri, merasa sakit didalam dan sekitar bola mata, ruang penglihatan semakin sempit, penglihatan menjadi kabur dan rabun, sulit menyesuaikan penglihatan dalam keadaan gelap.
d. Terapi Pengobatan
Apabila seseorang menunjukkan gejala - gejala glaukoma, maka harus segera mendapatkan perawatan sejak dini. Semua jenis glaukoma harus dikontrol secara teratur kedokter mata selama hidupnya. Hal tersebut dikarenakan ketajaman penglihatan dapat menghilang secara perlahan tanpa diketahui penderitanya. Obat-obatan yang dipakai perlu dikontrol oleh dokter spesialis mata agar disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Satu hal yang perlu ditekankan adalah, bahwa saraf mata yang sudah mati tidak dapat diperbaiki lagi. Obat-obatan seperti obat tetes mata, obat makan, dan tindakan seperti laser dan bedah hanya untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dari saraf mata tersebut. Pengobatan pertama penderita glaukoma adalah dengan pemberian obat tetes mata, kemudian pemberian tablet. Obat- obatan tersebut dapat menurunkan produksi atau meningkatkan pengeluaran cairan bola mata yang berada di dalam bola mata sehingga didapatkan tekanan bola mata sesuai yang diinginkan. Untuk mendapat- kan hasil terapi yang efektif, maka obat-obatan harus digunakan secara teratur dan terus-menerus. Tidak jarang obat-obatan tersebut memberikan efek samping, terutama jika pemakaian dalam jangka panjang. Obat tetes dapat menimbulkan rasa perih, kadang-kadang disertai mata merah dan dapat menyebabkan tajam penglihatan terganggu. Namun demikian, efek samping ini biasanya akan hilang dalam beberapa waktu. Efek samping yang jarang terjadi adalah perubahan detak jantung, detak nadi, dan perubahan pernapasan. Obat-obatan berupa tablet sering menyebabkan rasa kesemutan pada ujung kaki dan tangan, rasa lemas, hilangnya rasa lapar, dan adanya batu ginjal. Penderita sebaiknya membicarakan adanya efek samping tersebut kepada dokter agar dapat dipertimbangkan pemakaian selanjutnya. Pengobatan dengan laser cukup berguna untuk beberapa jenis glaukoma. Pada glaukoma primer sudut terbuka, pengobatan dengan laser trabekuloplasti cukup efektif untuk jangka waktu tertentu. Pada glaukoma primer sudut tertutup, iridektomi perifer dapat dilakukan dengan laser, yaitu membuat saluran dari bilik mata belakang ke bilik mata depan. Tindakan ini sangat efektif untuk menurunkan tekanan bola mata. Apabila dibutuhkan, maka tindakan operasi dapat dilakukan. Operasi ini disebut sebagai trabekulektomi, yaitu suatu tindakan yang membuat saluran kecil dari bilik mata depan ke konjungtiva, untuk menurunkan tekanan di dalam bola mata. Dokter spesialis mata akan menggunakan alat operasi yang sangat kecil dan membutuhkan mikroskop khusus untuk operasi mata.

2. KATARAK
a. Pengertian
Katarak adalah sejenis kerusakan mata yang menyebabkan lensa mata berselaput dan rabun. Lensa mata menjadi keruh dan cahaya tidak dapat masuk kedalam mata. Keadaan ini menjadikan penglihatan seseorang dan akan menjadi buta jika tidak segera dirawat. Masalah katarak berbeda dengan Glaukoma yang merupakan sejenis kerusakan mata yang disebabkan oleh tekanan cairan yang terlalu tinggi di dalam bola mata.
Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang mengakibatkan penglihatan menjadi kabur. Istilah katarak berasal dari bahasa Yunani yang berarti air terjun, karena orang yang menderita katarak memiliki penglihatan yang kabur, seolah-olah dibatasi air terjun. Pada mata sehat, lensa yang jernih berfungsi meneruskan sinar/cahaya ke dalam mata, sehingga mata dapat memfokuskan objek dari jarak yang berbeda-beda. Sebaliknya pada penderita katarak, lensa mata yang keruh menyebabkan jalannya sinar berkurang atau terhambat, sehingga lensa tidak dapat memfokuskan sinar yang masuk.
b. Penyebab
Katarak disebabkan hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa, proses penuaan (degeneratif). Meskipun tidak jarang ditemui pada orang muda, bahkan pada bayi yang baru lahir sebagai cacat bawaan, infeksi virus (rubela) di masa pertumbuhan janin, genetik, gangguan pertumbuhan, penyakit mata, cedera pada lensa mata, peregangan pada retina mata dan pemaparan berlebihan dari sinar ultraviolet.
c. Gejala
Gejala yang tampak pada katarak adalah penglihatan semakin kabur, sukar membaca kerana penglihatan tidak jelas, kerap menukar cermin mata kerana penglihatan tidak terang, selaput putih pada anak mata, merasa silau terhadap cahaya matahari. Gejala utama katarak adalah penglihatan kabur, daya penglihatan berkurang secara progresif, adanya selaput tipis yang menghalangi pandangan, sangat silau jika berada di bawah cahaya yang terang, mata tidak sakit dan tidak berwarna merah. Pada perkembangan selanjutnya penglihatan semakin memburuk, pupil akan tampak berwarna putih (ada putih-putih pada hitam mata), sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif. Penderita juga dapat merasa silau pada siang hari atau jika terkena sinar lampu mobil. Penglihatan pada malam hari yang lebih baik. Selain itu, pada gejala awal terdapat perbaikan penglihatan dekat tanpa memakai kaca mata atau second sight. Bila dibiarkan, katarak dapat menyebabkan komplikasi seperti glaukoma dan kebutaan, karena lensa yang keruh menghalangi pemeriksaan bagian dalam mata yang lain, seperti perubahan pada keadaan retina atau kerusakan saraf mata yang meneruskan perintah dari mata ke otak.
d. Terapi Pengobatan
Katarak dapat dicegah, di antaranya dengan menjaga kadar gula darah selalu normal pada penderita diabetes mellitus, senantiasa menjaga kesehatan mata, mengkonsumsi makanan yang dapat melindungi kelainan degeneratif pada mata dan antioksidan seperti buah-buahan banyak yang mengandung vitamin C, minyak sayuran, sayuran hijau, kacang-kacangan, kecambah, buncis, telur, hati dan susu yang merupakan makanan dengan kandungan vitamin E, selenium, dan tembaga tinggi. Vitamin C dan E dapat memperjelas penglihatan. Vitamin C dan E merupakan antioksidan yang dapat meminimalisasi kerusakan oksidatif pada mata, sebagai salah satu penyebab katarak. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 3.000 orang dewasa selama lima tahun menunjukkan, orang dewasa yang mengonsumsi multivitamin atau suplemen lain yang mengandung vitamin C dan E selama lebih dari 10 tahun, ternyata risiko terkena katarak 60% lebih kecil.
Katarak dapat disembuhkan, terlebih dengan semakin majunya teknologi kedokteran saat ini. Upaya pengobatan katarak yang paling efektif adalah dengan pembedahan. Lensa mata yang telah keruh diangkat dan diganti dengan lensa buatan (keratoplasty) yang ditanam (intra ocular lens). Dengan teknologi terbaru yang menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi (phacoelmusification), maka luka yang dibuat/sayatan untuk mengambil lensa yang keruh menjadi lebih kecil. Selain itu, penderita katarak dapat juga mengenakan kaca mata khusus yang telah diatur ketebalannya (kaca mata aphakia). Hasil penelitian para ahli dari University of Southern California (IPTEKnet, 2004) ada cara baru untuk mendapatkan kembali penglihatan bagi penderita katarak, yaitu dengan teknologi Implantasi Microchip pada retina. Microchip ini dapat bekerja baik pada sel-sel saraf retina mata yang masih sehat serta utuh, namun sel-selnya mengalami kemunduran penglihatan (photoreceptor). Microchip dapat mengubah sebentuk citra menjadi rangsangan elektrik. Alat ini bekerja dengan cara mengonversi citra menjadi sinyal elektronik yang ditransmisikan melalui silicon biochip fleksibel yang disematkan dekat retina mata. Microchip dengan daya elektronis dapat merangsang sel-sel penglihatan pada retina mata, kemudian meneruskan sinyal ke otak untuk diproses menjadi citra yang sesungguhnya seperti halnya pada mata normal.

3. JULING
a. Pengertian
Anatomi indera penglihatan dikatakan normal jika bayangan sebuah benda yang dilihat oleh kedua mata diterima dengan ketajaman yang sama. Bayangan ini secara serentak lalu dikirim ke susunan saraf pusat untuk diolah menjadi sensasi penglihatan tunggal. Penglihatan tunggal ini bisa terjadi kalau kedua mata dapat mempertahankan daya koordinasi untuk menjadikan kedua bayangan suatu benda menjadi satu (fusi). Sebaliknya, fusi akan hilang bila daya penglihatan salah satu mata kurang atau tidak ada. Pada penderita mata juling atau strabismus, mata tidak mempunyai kesatuan titik pandang. Kedudukan sumbu kedua bola mata itu tidak searah. Akibatnya, dua mata akan melihat dua benda atau dua bayangan (diplopia). Jadi, mata juling / strabismus adalah efek penglihatan dimana kedua mata tidak tertuju pada satu obyek yang menjadi pusat perhatian.
b. Penyebab
Pada mata normal, bayangan yang diproyeksikan ke otak akan membentuk gambar tiga dimensi. Sementara pada mata juling - karena tidak mempunyai kesatuan titik pandang - bentuk tiga dimensi itu tidak didapat.
Tidak jarang kita menjumpai mata yang terkesan juling. Tetapi kalau itu diperiksa, tidak terdapat tanda-tanda juling. Pakar kedokteran mata menyebut kesan ini sebagai pseudostrabismus / Juling palsu. Kasus ini banyak terjadi pada ras Mongol yang berhidung datar. Hal ini terjadi karena lipatan vertikal kulit pangkal hidung membuat sclera hidung tidak terlihat dengan jelas sehingga mata tampak juling ke atas. Ada lagi kasus lain yang disebut hipertelorisme. Pada kasus ini bola mata terdorong ke luar rongga orbita sehingga menimbulkan gambaran bola mata yang menyebar ke luar. Keadaan ini memberi kesan, mata tinggi sebelah. Dalam beberapa kasus, otot mata sering menjadi salah satu penyebabnya. Untuk menggerakkan bola mata digunakan enam macam otot mata. Bila semua otot itu tak ngadat alias bekerja normal, kedua mata akan berfungsi secara seimbang. Normal-tidaknya otot mata tergantung pada tebal-tipis, panjang-pendek, dan berfungsi-tidaknya saraf-saraf mata. Maka, jika di antara otot atau saraf ini ada yang tidak normal, keadaan itu bisa menyebabkan seseorang menderita juling. Tidak sedikit pula kasus mata juling disebabkan oleh gangguan perbedaan ketajaman penglihatan yang sangat besar antara kedua mata. Misalnya, mata kiri -2 (minus dua), mata kanan -9 (minus sembilan) atau lebih. Perbedaan ukuran antara mata kiri dan kanan yang masih bisa ditoleransi tidak boleh lebih dari 3. Mata juling bisa juga bisa dipicu oleh terjadinya kemunduran daya penglihatan yang dinamakan lazy eyes (mata malas), atau disebut juga ambliopia. Mata malas ini akibat satu mata mempunyai visus(ketajaman mata)rendah yang tidak dapat ditingkatkan lagi karena terlalu lama dibiarkan. Akibatnya, penglihatan didominasi oleh mata yang sehat saja. Mata juling bisa juga terjadi gara-gara munculnya tumor jinak atau pun ganas. Misalnya, akibat tumor otak, retinoblastoma (kanker mata), dan kanker yang sudah menyebar dan menekan saraf di bagian otak. Kondisi itu menyebabkan kelumpuhan otot-otot mata. Selain itu faktor bawaan (kongenital), trauma mata (tertusuk benda tajam atau tumpul), dan infeksi virus atau bakteri, infeksi toksoplasma yang ditularkan melalui kucing atau daging yang mengandung kuman toksoplasma tidak dimasak dengan baik juga merupakan faktor penyebab terjadinya mata juling.
c. Gejala
Penderita sering mengeluh matanya mudah lelah atau merasa penglihatannya berkurang pada satu mata, bila mata yang satu digunakan untuk melihat mata yang lain akan bergulir, akibat gangguan otot mata, terjadinya kemunduran daya penglihatan yang dinamakan lazy eyes (mata malas), atau disebut juga ambliopia. Bila melirik, perguliran bola mata tidak sampai ke ujung. Itu bisa karena terjadinya hambatan pada pergerakan bola mata sehingga mata tidak bisa bergerak ke segala arah dengan leluasa. Sering melihat sesuatu dengan posisi kepala miring ke kanan atau kiri, tengadah atau tertunduk.
d. Terapi Pengobatan
Terapi yang perlu dilakukan untuk menanggulangi kelainan mata juling adalah memulihkan kembali kesatuan titik pandang. Misalnya dengan menggunakan kaca mata. Usaha lain ialah dengan melakukan koreksi bedah refraktif untuk mengurangi kelainan rabun dengan menggunakan pisau bedah atau laser excimer. Selain itu juga dapat digunakan dengan cara menutup salah satu mata, sampai ototnya kembali normal. Mata yang ditutup, bisa yang sehat atau yang sakit. Dengan menutup mata yang sakit, diharapkan mendapatkan rangsangan dari mata sehat yang dipakai. Penderita juga diharapkan memeriksakan kondisi matanya ke dokter mata.

4. RABUN
a. Pengertian
Keadaan dimana mata tidak dapat melihat dengan jelas atau sempurna dalam jarak atau waktu tertentu.
b. Penyebab
Avitaminosis ( kekurangan vitamin A ), trauma pada daerah mata yang mengakibatkan disfungsi syaraf optikus.
c. Gejala
Tidak dapat melihat dengan jelas atau sempurna dalam jarak dan waktu tertentu.
d. Terapi Pengobatan
Salah satu terapi yang dapat digunakan untuk mengobati kelainan mata rabun yaitu dengan cara makan makanan yang bergizi dan banyak mengandung vitamin A, gunakan kaca mata yang dapat membantu daya penglihatan, dan dengan cara mengoperasi mata.

B. TUNA RUNGU

1. HEARING IMPAIRMENT
a. Pengertian
Hearing Impirment yaitu disfungsi indera pendengaran atau tidak dapat mendengar dengan baik / tuli.
b. Penyebab
Dugaan penyebab terjadinya hearing impairment yaitu karena cacat bawaan sejak lahir, trauma, dan infeksi virus atau bakteri.
c. Gejala
Gejala yang tampak pada penderita hearing imapirment diantaranya disfungsi indera pendengaran atau tidak dapat mendengar.

d. Terapi Pengobatan
Untuk mengobati penderita yang mengalami hearing impairment dapat dilakukan dngan cara mengkonsumsi makanan yang bergizi dan mengandung banyak vitamin, menggunakan alat bantu pendengaran dan melakukan operasi.

2. CONGEK
a. Pengertian
Congek yaitu keluarnya cairan berwarna putih kekuningan mirip ingus dari dalam telinga.
b. Penyebab
Pilek biasanya bisa menjadi awal mula masalah. Peradangan (apapun sebabnya, infeksi atau alergi) di hidung, bila menjalar sampai ke belakang, akan mencapai terowongan tadi. Terjadi proses di telinga tengah sebagai lanjutannya dan akhirnya menumpuklah cairan yang bisa mengandung kuman di telinga tengah tersebut. Cairan yang menumpuk dan tak bisa mengalir ini akan mendorong gendang telinga. Karena tekanan yang makin besar, akhirnya cairan tersebut menjebol gendang telinga, dan keluar dari liang telinga. Infeksi kronis telinga tengah ditandai dengan perforasi (lubang-lubang kecil) pada membran timpani dan keluarnya cairan terus-menerus atau hilang timbul. Cairan ini dapat berbentuk nanah, lendir kental atau encer. Penyebab lain juga bisa terjadi karena rusaknya gendang telinga, cedera kepala, tekanan darah tinggi, infeksi telinga, meningitis atau tumor, Ada pula beberapa macam kerusakan pendengaran yang bersifat turunan.
c. Gejala
Telinga mengeluarkan cairan berupa lendir disertai gatal – gatal pada daerah telinga bagian tengah.Terganggunya fungsi pendengaran akibat cairan yang mongering sehimgga menutupi bagian lubang telinga.

d. Terapi Pengobatan
Upaya untuk menangani penderita yang mengalami congek dapat dilakukan dengan Cara menusuk gendang telinga dengan alat khusus, sehingga bila proses peradangan itu telah membaik, maka gendang telinga dapat pulih tertutup sebagai semula. Perbaikan untuk rongga telinga tengah yang meradang ada beberapa langkah. Liang telinga harus dibersihkan dulu dengan cairan tertentu agar bebas dari nanah atau cairan kotor yang menggenanginya. Kalau dokter tidak punya alat untuk mengisap cairan tersebut, dokter bisanya menyarankan untuk menggunakan larutan H2O2 3 persen. Hal ini dilakukan beberapa kali sehari selama 5 - 7 hari. Kadangkala juga ditambahkan obat yang harus ditelan untuk melegakan terowongan dan menurunkan panas.

C. TUNA WICARA

1. BISU
a. Pengertian
Bisu adalah gangguan dimana penderita tidak dapat atau tidak mampu berbicara / berkomunikasi. Bisu adalah ketidakmampuan seseorang untuk berbicara
b. Penyebab
Bisu bisa terjadi karena beberapa penyebab, diantaranya cacat bawaan, adapula yang terjadi karena kecelakaan, selain itu bisu juga disebabkan oleh gangguan pada organ-organ seperti tenggorokan, pita suara, paru-paru, mulut, lidah dan lain - lain. Bisu umumnya diasosiasikan dengan tuli.
c. Gejala
Gejala yang tampak pada penderita yang bisu yaitu tidak dapat berbicara atau disfungsi verbal communication.
d. Terapi Pengobatan
Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan berkonsultasi dengan dokter ahli.

2. GAGAP
a. Pengertian
Gagap adalah suatu gangguan bicara di mana aliran bicara terganggu tanpa disadari oleh pengulangan dan pemanjangan suara, suku kata, kata, atau frasa; serta jeda atau hambatan tak disadari yang mengakibatkan gagalnya produksi suara. Kegagapan merupakan sebuah gangguan bicara pada seseorang dimana dia mengetahui apa yang ingin dikatakan tetapi pada saat tersebut dia tidak dapat mengatakannya. Gagap memiliki beberapa jenis, diantaranya adalah blocks atau tertahan terjadi ketika berhenti berbicara sebelum mengeluarkan suara atau ketika berbicara atau ketika mengucapkan sebuah kata, pengulangan terjadi ketika suara, silabel atau sebuah kata diucapkan berulang-ulang. Contohnya pengulangan pada suara (p-p-p-pulpen). Kemudian perpanjangan terjadi ketika memanjangkan suara pada saat di awal kata. contohnya: ‘s—–>aya’ atau di dalam kata. Berhenti ketika berbicara terjadi ketika diam dan bicara yang tidak terkendali, jeda akan terjadi setelah kata-kata atau didalam kata-kata.
b. Penyebab
Kegagapan adalah dalam koordinasi pada bicara, bagaimanapun sebab yang sesungguhnya belum diketahui. Walaupun penyebab utama gagap tidak diketahui, faktor genetik dan neurofisiologi diduga berperan atas timbulnya gangguan ini. Selain itu, kegagapan juga terjadi karena aliran udara, suara, dan otot yang terlibat ketika berbicara tiba-tiba berhenti berkerja sama dan menjadi terhenti. Penyebab lain disebabkan oleh psychogenic / berasal dalam pemikiran.
c. Gejala
Gejala yang tampak pada penderita gagap yaitu gangguan komunikasi verbal, berbicara terbata – bata, sering mengulag kata saat berbicara, kesulitan saat akan berbicara, dan lain – lain.
d. Terapi Pengobatan
Kegagapan pada umumnya terjadi pada anak – anak dan pada umumnya dapat sembuh dengan sendirinya saat anak tersebut mulai beranjak dewasa. Namun ada beberapa upaya untuk mengobati orang yang mengidap gagap, diantaranya yaitu orang yang gagap diharapkan tenang dan tidak rusuh atau terburu – buru saat akan berbicara.

3. TELOR
a. Pengertian
Telor yaitu gangguan komunikasi berupa berbicara tidak sempurna.

b. Penyebab
Telor terjadi karena bawaan sejak lahir dan faktor psikologis.
c. Gejala
Gejala yang tampak pada penderita telor yaitu berbicara tidak sempurna.
d. Terapi Pengobatan
Terapi yang dapat dilakukan untuk mengobati penderita telor yaitu dengan melatih komunikasi verbal dengan cara perlahan dan tenang atau tidak terburu–buru.

4. NASAL
a. Pengertian
Nasal adalah fonem yang direalisasikan melalui rongga hidung. Juga disebut sebagai bunyi sengau. Nasal merupakan gangguan pada nada suara dimana bada suara bicara tidak lepas dan tidak jelas.
b. Penyebab
Faktor penyebab nasal yaitu karena virus atau bakteri, pendarahan pada hidung, infeksi kronis pada hidung, seperti sinusitis atau rhinitis, yang dapat menyebabkan penyumbatan dan akhirnya pendarahan pembuluh darah kapiler. Dapat juga merupakan akibat menghirup bahan-bahan kimia yang menyebabkan iritasi pada mukosa nasal.
c. Gejala
Gejala yang tampak pada penderita nasal yaitu nada suara bicara tidak lepas dan tidak jelas.
d. Terapi Pengobatan
Terapi yang dapat dilakukan yaitu dengan mengajarkan pada penderita agar bernafas dengan benar , bernafas dengan menarik nafas lewat hidung dan dikeluarkan dari mulut.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan adalah suatu pembinaan/bimbingan yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak (yang dianggap belum dewasa) untuk mencapai tingkat kedewasaan. Dalam pendidikan, terdapat anak berkelainan yang membutuhkan bimbingan khusus. Salah satu kelainan tersebut yaitu gangguan fungsi panca indera. Gangguan fungsi panca indera terdapat beberapa macam, yaitu tuna netra terdiri dari visual impairment, juling, rabun, katarak, dan glaukoma. Tuna rungu terdiri dari hearing impairment dan congek. Tuna wicara terdiri dari bisu, gagap, telor, dan nasal. Untuk memberikan pendidikan pada anak yang mengalami gangguan fungsi panca indera harus dilakukan dengan bimbingan khusus. Bimbingan tersebut dapat dilakukan apabila kita mengetahui faktor penyebab dan gejalanya. Apabila faktor penyebab dan gejalanya sudah diketahui maka kita sebagai pendidik akan leih mudah dalam memberikan bimbingan pada anak berkebutuhan khusus tersebut.
B. Saran
Dalam proses pendidikan, pencapaian pendidikan merupakan tanggung jawab yang harus dipikul bersama antara pendidik/guru dan siswa. Oleh karena itu untuk memberikan bimbingan pada anak yang mengalami kelainan atau anak berkebutuhan khusus, seorang pendidik diharapkan dapat memahami dan mengetahui bagaimana memberikan pendidikan dan bimbingan pada anak berkebutuhan khusus. Sehingga seorang pendidik diharapkan mampu menciptakan suasana pendidikan yang kondusif bagi proses pendidikan.


0 Comments

Post a Comment