Puisi Chairil Anwar “Aku” Dilengkapi Makna dan Unsur Intrinsiknya

Puisi Chairil Anwar Aku - Salah satu puisi karya Chairil Anwar yang terkenal adalah puisi yang berjudul “Aku”. Puisi Chairil Anwar Aku ini dibuat pada bulan Maret 1943.

Berikut ini adalah Teks puisi “Aku” karya Chairil Anwar, Makna Puisi Chairil Anwar “Aku”, dan Unsur Instrinsik Puisi “Aku” Karya Chairil Anwar.

 Puisi Chairil Anwar Aku

A. Teks Puisi Aku Karya Chairil Anwar

 

AKU

 

Kalau sampai waktuku

'Ku mau tak seorang kan merayu

Tidak juga kau

 

Tak perlu sedu sedan itu

 

Aku ini binatang jalang

Dari kumpulannya terbuang

 

Biar peluru menembus kulitku

Aku tetap meradang menerjang

 

Luka dan bisa kubawa berlari

Berlari

Hingga hilang pedih peri

 

Dan aku akan lebih tidak perduli

 

Aku mau hidup seribu tahun lagi

 

Chairil Anwar

Maret 1943

 

B. Makna Puisi “Aku” Karya Chairil Anwar

Makna yang terkandung dari Puisi Aku karya Chairil Anwar adalah sebagai berikut.

  1. Wujud kesetiaan dan keteguhan hati atas pilihan kebenaran yang diyakininya. Hal ini tercermin melalui dua kalimat di awal puisi tersebut, yakni “Kalau sampai waktuku 'Ku mau tak seorang kan merayu”
  2. Keberanian dalam berjuang meskipun banyak resiko yang akan dihadapi. Termasuk resiko untuk kehilangan nyawa atau terluka karena senjata musuh. Inilah yang digelorakan oleh Chairil Anwar, yang tersurat pada bait ketiga puisi tersebut.
  3. Semangat yang tak pernah padam. Sebagaimana yang dinyatakan melalui kalimat “aku mau hidup seribu tahun lagi”. Hal itu merupakan cermin dan betapa semangat Chairil Anwar untuk berjuang, tidak ingin dibatasi oleh waktu

 

C. Unsur Intrinsik Puisi ‘Aku’

1. Tema

Tema pada puisi “Aku” karya Chairil Anwar adalah menggambarkan kegigihan dan semangat perjuangan untuk membebaskan diri dari belenggu penjajahan, dan semangat hidup seseorang yang ingin selalu memperjuangkan haknya tanpa merugikan orang lain, walaupun banyak rintangan yang ia hadapi. Dari judulnya sudah terlihat bahwa puisi ini menceritakan kisah ‘AKU’ yang mencari tujuan hidup.

2. Pemilihan Kata (Diksi)

Untuk ketepatan pemilihan kata sering kali penyair menggantikan kata yang dipergunakan berkali-kali yang dirasa belum tepat, diubah kata-katanya. Seperti pada baris kedua: bait pertama “Ku mau tak seorang ’kan merayu” merupakan pengganti dari kata “ku tahu”. “Kalau sampai waktuku” dapat berarti “kalau aku mati”, “tak perlu sedu sedan“dapat berarti “berarti tak ada gunannya kesedihan itu”. “Tidak juga kau” dapat berarti “tidak juga engkau anaku, istriku, atau kekasihku”.

3. Rasa

Rasa adalah sikap penyeir terhadap pokok permasalahan yang terdapat pada puisinya.Pada puisi “Aku” karya Chairil Awar  merupakan eskpresi jiwa penyair yang menginginkan kebebasan dari semua ikatan. Di sana penyair tidak mau meniru atau menyatakan kenyataan alam, tetapi mengungkapkan sikap jiwanya yang ingin berkreasi. Sikap jiwa “jika sampai waktunya”, ia tidak mau terikat oleh siapa saja, apapun yang terjadi, ia ingin bebas sebebas-bebasnya sebagai “aku”. Bahkan jika ia terluka, akan di bawa lari sehingga perih lukanya itu hilang. Ia memandang bahwa dengan luka itu, ia akan lebih jalang, lebih dinamis, lebih vital, lebih bergairah hidup. Sebab itu ia malahan ingin hidup seribu tahun lagi. Uraian di atas merupakan yang dikemukakan dalam puisi ini semuanya adalah sikap chairil yang lahir dari ekspresi jiwa penyair.

4. Nada dan Suasana

a.)  Nada

Dalam puisi tersebut penulis menggambarkan nada-nada yang berwibawa, tegas, lugas dan jelas dalam penyampaian puisi ini, karena banyak bait-bait puisi tersebut menggandung kata perjuangan. Dan menggunanakan nada yang syahdu di bait yang terkesan sedikit sedih.

 b.)  Suasana

Suasana yang terdapat dalam puisi tersebut adalah suasana yang penuh perjuangan, optimis dan kekuatan emosi yang cukup tinggi tetapi ada beberapa suasana yang berubah menjadi sedih karena dalam puisi tersebut menceritakan ada beberapa orang yang tak mengaangap perjuangannya si tokoh.

5. Majas

Dalam puisi tersebut menggunakan majas hiperbola pada kalimat “Aku tetap meradang menerjang”. Terdapat juga majas metafora pada kalimat “Aku ini binatang jalang”.

Pencitraan/pengimajian

Di dalam sajak ini terdapat beberapa pengimajian, diantaranya :‘Ku mau tak seorang ’kan merayu (Imaji Pendengaran), ‘Tak perlu sedu sedan itu’ (Imaji Pendengaran), ‘Biar peluru menembus kulitku’ (Imaji Rasa), ‘Hingga hilang pedih perih’ (Imaji Rasa).

6. Amanat

Amanat adalah hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Amanat berhubungan dengan makna karya sastra. Makna bersifat kias, subjektif, dan umum. Makna berhubungan dengan individu, konsep seseorang dan situasi tempatpenyair mengimajinasikan puisinya.

Amanat dalam Puisi ‘Aku’ karya Chairil Anwar yang dapat simpulkan dan dapat kita rumuskan adalah sebagai berikut :

  1. Manusia harus tegar, kokoh, terus berjuang, pantang mundur meskipun   rintangan menghadang.
  2. Manusia harus berani mengakui keburukan dirinya, tidak hanya menonjolkan kelebihannya saja.
  3. Manusia harus mempunyai semangat untuk maju dalam berkarya agar pikiran dan semangatnya itu dapat hidup selama-lamanya.

Demikian yang dapat kami sajikan tentang Teks puisi Aku karya Chairil Anwar, Makna Puisi Chairil Anwar “Aku”, dan Unsur Instrinsik Puisi “Aku” Karya Chairil Anwar. Semoga bermanfaat!!!

Referensi :

http://composhare.blogspot.com/2015/06/analisis-puisi-aku-karya-cahiril-anwar.html

0 Comments

Post a Comment