Contoh Tulisan Guru Menulis Kabar Priangan - Penguatan Pendidikan Hati dan Akal Bagi Pelajar
Penulis: Dede Taufik, S.Pd.
Tak ada seorang pun yang mampu mengetahui isi hatinya seseorang. Terkadang, tak sedikit orang yang baik dalam ucapan maupun perilakunya hanya di depan saja. Sementara ketika berada di belakang atau jauh dengan kita, orang itu membicarakan kejelekan kita kepada orang lain. Padahal kejelekan itu belum tentu sesuai dengan kebenarannya.
Guru Menulis Kabar Priangan (18/01/2016) |
Tak ada seorang pun yang mampu mengetahui isi hatinya seseorang. Terkadang, tak sedikit orang yang baik dalam ucapan maupun perilakunya hanya di depan saja. Sementara ketika berada di belakang atau jauh dengan kita, orang itu membicarakan kejelekan kita kepada orang lain. Padahal kejelekan itu belum tentu sesuai dengan kebenarannya.
Sebuah pernyataan Pascal yang terkenal yaitu “Hati memiliki akalnya sendiri, dimana akal tidak mengenalnya” dianggap masih relevan dengan kondisi saat ini. Anggapan itu dilontarkan oleh pemerhati pendidikan Doni Koesoema, dalam sebuah opininya yang berjudul ‘Pendidikan Hati’. Menurutnya, pendidikan karakter yang abai terhadap dimensi rasionalitas hati tidak akan berhasil.
Pasalnya jika hal itu terjadi, bukan hanya akan melemahkan akal melainkan bisa juga mamatikan hati nurani sekaligus. Padahal, hati dan nurani merupakan dua fondasi dasar dari diri manusia untuk terciptanya suatu kepribadian seseorang yang lebih baik. Seseorang yang mampu memperdulikan dirinya, orang lain, dan juga lingkungan sekitarnya.
Bagi generasi muda, dalam hal ini adalah seseorang yang masih berstatus pelajar, baik pada tingkat Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi. Nampaknya, pendidikan hati dan akal perlu dilakukan dan tentunya pendidikan itu pula dilakukan oleh guru dengan juga menggunakan hati.
Misalnya, ada sampah-sampah yang berserakan di halaman sekolah bekas dari bungkus jajanan. Seorang guru bukan hanya menyuruh terhadap siswanya untuk memunguti sampah itu yang kemudian dimasukkan ke dalam tempat sampah. Melainkan, guru itu pula harus memberikan contoh dengan memunguti sampah itu secara bersama-sama dengan siswa.
Tak bisa dimungkiri, jika terpikirkan kalau memungut sampah itu bukanlah kewajiban dirinya karena sudah ada jadwal piket kebersihan di setiap harinya. Apalagi, jika di sekolahnya itu terdapat petugas khusus yang mengurusi tentang kebersihan sekolah. Namun sebenarnya, menjaga kebersihan itu adalah tanggung jawab semua. Bukan hanya tanggung jawab dari petugas piket harian maupun petugas khusus kebersihan. Dan dalam Agama pun telah dijelaskan jika kebersihan itu adalah sebagian dari iman.
Sejak lama, tersiar informasi jika pendidikan kita itu hanya fokus terhadap pendidikan akal. Namun, ada sebuah kajian-kajian internasional yang sangat mengagetkan bagi kita semua. Ternyata, kajian itu menunjukkan bahwa anak-anak Indonesia justru lemah dalam penggunaan akal. Dan katanya, anak-anak Indonesia itu justru sangat kuat dalam hal penghafalan saja.
Kajian ini nampaknya tidak salah, karena tak sedikit dari pelajar itu pintar dalam menjawab soal. Akan tetapi jika disuruh untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, sebagian besarnya mengalami kesulitan. Dengan begitu, kekuatan penghafalan yang tinggi terhadap anak-anak kita harus dimanfaatkan secara optimal yaitu dengan memperkuat pendidikan hati dan akalnya.
Ket : Tulisan ini dimuat di Kabar Priangan dalam kolom Guru Menulis, edisi (18/01/2016)
0 Comments
Post a Comment