Contoh Tulisan Guru Menulis Republika: Ciptakan Pendidikan Antigaptek

Contoh Tulisan Guru Menulis Republika: Ciptakan Pendidikan Antigaptek
Penulis: Dede Taufik, S.Pd.
Tak bisa dipungkiri lagi meski zaman telah modern, masih banyak ditemukan pendidik yang gagap teknologi (gaptek). Hal ini harus menjadi perhatian pemerintah untuk menciptakan pendidikan anti gaptek melalui pelatihan melek teknologi secara merata kepada pendidik yang bekerja di kota maupun desa.
Disadari atau tidak, berkembangnya teknologi bisa mempermudah tugas pendidik dalam mengantarkan siswa-siswinya menuju generasi yang berprestasi dan berkualitas. Berprestasi disini tentu saja berhubungan dengan kemampuan kognitif, sementara berkualitas berhubungan dengan kemampuan afektif dan psikomotorik peserta didik.
Menurut taksonomi Bloom, kemampuan kognitif menekankan pada aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berfikir. Kemampuan afektif berisi perilaku-perilaku yang menekankan pada aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan penyesuaian diri. Sementara kemampuan psikomotorik berkaitan dengan keterampilan (skill) seseorang.
Menciptakan pendidikan anti gaptek tidaklah sulit, namun belum tentu mudah. Pasalnya, harus didukung oleh fasilitas yang memadai seperti tersedianya komputer dan jaringan internet. Bagi sekolah yang domisilinya di perkotaan memang tidaklah sulit, asal ada kemauan dari kepala sekolah selaku pimpinan dan mengajak semua pendidik di sekolah tersebut untuk mewujudkan pendidikan anti gaptek. Beda halnya dengan di pedesaan, karena akses jaringan internet masih terbatas dan tempat kursus komputer juga masih sangat minim.
Keunggulan lain dari diciptakannya pendidikan anti gaptek ini adalah mempermudah pendidik dalam membuat dan melaporkan administrasi. Sampai saat ini, pembuatan laporan administrasi masih banyak yang menggunakan tulisan tangan, baik itu pembuatan RPP (Rencana Pelaksanan Pembelajaran), alat evaluasi seperti soal ulangan maupun soal latihan, dan hasil evaluasi, khususnya di sekolah pedesaan.
Sesungguhnya, apabila telah tercipta pendidikan anti gaptek di semua instansi pendidikan secara merata akan mempermudah dan mempercepat akses informasi dari pusat maupun sebaliknya, sehingga pemanfaatan waktu bisa lebih efisien. Misalnya, pengiriman laporan dari sekolah ke dinas pendidikan lebih efektif memanfaatkan email dibandingkan dengan langsung datang ke kantor dinas. Apalagi jika jaraknya yang terlalu jauh hingga membutuhkan waktu dua atau tiga jam. Begitupun sebaliknya, informasi dari dinas pun akan cepat sampai ke sekolah tanpa harus menunggu berhari-hari atau berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan.
Beruntunglah bagi sekolah yang masih diberi kesempatan untuk menjalankan kurikulum 2013, karena di dalam kurikulum tersebut pembelajarannya berbasis teknologi. Pendidik yang masih gaptek juga masih diberi kesempatan untuk terus mempelajari teknologi, karena ada pepatah yang mengatakan "kita bisa karena biasa". Namun, bagi sekolah yang diintruksikan kembali lagi ke Kurikulum 2006 (KTSP) juga jangan berkecil hati untuk terus mempelajari teknologi karena saat ini teknologi sudah menjadi kebutuhan.
Penulis berharap, dengan terwujudnya pendidikan yang melek terhadap teknologi. Bisa mempermudah pendidik menyelesaikan tugas administrasi, serta mewujudkan generasi berprestasi dan berkualitas di masa mendatang. Semoga...

Ket : Tulisan ini dimuat di Guru Menulis Republika, 26 Desember 2014

0 Comments

Post a Comment